Thursday, May 15, 2014

Prinsip Dasar Budidaya Padi Metoda System of Rice Intensification SRI

Prinsip Dasar Budidaya Padi Metoda System of Rice Intensification SRI - System of Rice Intensification (SRI) adalah cara budidaya pada lahan sawah beririgasi dan lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terjamin secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan petani/kelopok tani/P3A/Gapoktan dan kearifan lokal.

Prinsip dasar budidaya padi metode System of Rice Intensification (SRI) adalah:
  1. Pengolahan tanah sawah sehat adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara konvensional, dengan memberikan asupan bahan organik seperti kotoran hewan, hijauan, limbah organik, jerami yang proses dekomposisinya dipercepat dengan menggunakan mikro organisme lokal (MOL)/POC. Selanjutnya untuk pengelolaan airnya dibuat parit keliling atau melintang petakan sawah dengan kedalaman 40 cm dan lebar 40 cm dan dibuat garis jarak tanam dengan menggunakan caplak.
  2. Persemaian metode SRI, dilakukan dengan cara kering (tidak digenang) dan dilakukan penyiraman setiap hari. Persemaian bisa dilakukan dilahan sawah/darat, pekarangan dengan dilapisi plastik dan dinampan yang dilapisi daun pisang supaya akar bibit padi tidak tembus ke tanah dan memudahkan pada saat pindah tanam dari persemaian. Sebagai media tumbuh persemaian Campuran tanah dengan bahan organik dengan perbandingan 1:1. Kebutuhan benih 10 kg per ha, sebelum benih disemai perlu dilakukan uji benih bermutu/bernas dengan menggunakan larutan garam.
  3. Cara Tanam dan Jarak Tanam Metode SRI adalah penanaman satu bibit per lubang (tanam tunggal, tanam dangkal dan akar membentuk hurup L) saat bibit berumur 5-7 hari. Jarak tanam longgar/lebar dengan alternatif 25x25cm atau 40x40cm.
  4. Pengelolaan air metode SRI adalah pada umur padi vegetatif, air diberikan secara macak-macak (kapasitas lapang) kecuali pada saat penyiangan dilakukan penggenangan (2-3) cm. Pada umur + 45 hari sebaiknya lahan dikeringkan selama 10 hari untuk menghambat pertumbuhan anakan, kemudian air diberikan secara macak-macak kembali sampai masa pertumbuhan malai, pengisian butir hingga bernas, selanjutnya pada umur tanaman + 100 hari sawah dikeringkan sampai panen.
  5. Pemeliharaan tanaman metode SRI adalah penyiangan dilakukan dengan selang waktu 10 hari setelah tanam, sebanyak 4 kali dan setiap selesai penyiangan dilakukan penyemprotan supplement Pupuk cair (POC)/Mikro Organisme Lokal (MOL) yang dibuat sendiri. Penyulaman tanaman dilakukan bila ada gangguan belalang atau keong, bibit untuk menyulam adalah bibit yang diambil dari bibit cadangan yang secara sengaja ditanam dipinggir petakan sawah.Pengendalian hama dilakukan dengan konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) secara utuh yaitu: melalui pendayagunaan fungsi musuh alami, pengamatan berkala, dan tidak menggunakan pestisida sintetis.

MOL adalah singkatan dari Mikro Organisme Lokal yang artinya cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikro organisme yang berada di tempat sekitar petani seperti limbah sayur-sayuran, buah-buahan, keong mas, buah maja, bonggol pisang, nasi, rebung bambu dll, sebagai bahan campurannya air bekas cucian beras, gula/ molase/air kelapa dan urin sapi/kelinci serta difermentasi selama   10-15 hari.

No comments:

Post a Comment